ID. 094-27022018-112831-072-03
Pengalaman mengelola jurnal bermula di akhir tahun 2015. Kala itu redaktur jurnal kami membutuhkan seorang IT untuk membangun sistem online jurnal dengan menggunakan OJS, untuk rencana mengajukan akreditasi jurnal pada tahun 2017. Direkrut Lah saya seorang pegawai honorer di sini sebagai bagian dari redaktur jurnal (tugas tambahan). Dimulailah dibangun sistem online jurnal tersebut dengan menggunakan OJS 2.4. Setelah sistem online jurnal tersebut jadi, jurnal tersebut dipublikasi melalui sebuah acara dengan mengundang Instansi pusat dan instansi lainnya yang masih satu atribut dengan kami. Pada acara tersebut atasan saya yang mendapatkan pujian oleh atasannya. Padahal Redakturlah yang membuat sistem tersebut tanpa diberikan honor tambahan. Setelah acara, jurnal tersebut dibiarkan begitu saja tidak di- jalankan sistemnya dan selang beberapa bulan jurnal tersebut terkena hack.
Selama hampir 10 bulan OJS kami tidak terpublish karena tidak adanya “perhatian” oleh para pimpinan kepada redakturnya dalam bentuk honor tambahan ataupun dalam bentuk kebijakan birokrasi. Kami memakai domain dan hosting pusat yang mana jika ingin menghidupkan domain dan hosting tersebut harus melalui jalur birokrasi yang panjang (panjangnya karena pihak pusat dalam mengelola domain dan hosting tersebut tidak merespons kami dalam 1-2 hari kerja. Prosesnya bisa berbulan-bulan). Kemudian redaktur jurnal inisiatif mengajukan domain dan hosting di luar (.com). Alhamdulillah direspon dan jurnal kami online kembali. Karena OJS sebelumnya terkena hack, artikel yang sudah terpublish tidak kami pakai. Kami install OJS yang terbaru kala itu yaitu OJS 3.0.1. Kami mulai dari awal lagi. Kami menerima informasi dari lembaga akreditasi bahwa jurnal bisa terakreditasi minimal 2 tahun artikel terpublikasi secara online menggunakan OJS. Kami jalankan proses penerbitannya di awal tahun 2017 dan alhamdulillah selesai di awal bulan Maret. Pasti bapak/ibu bertanya-tanya kenapa memproses penerbitan artikel selama 2 tahun bisa sampai 2 bulanan? Jawabannya adalah pertama jumlah volume dalam 1 tahun ada 3 kali edisi dan rata-rata ada 11 artikel di setiap edisinya.
Kedua karena kami menggunakan jasa pihak ketiga untuk melakukan layout sebelum dibuat system OJS ini, artikel yang berbentuk pdf tersebut masih tergabung semuanya dan kami harus memisahkan masing-masing 1 artikel 1 pdf (untuk mempublish artikel di OJS harus dipisah per artikel) dan itu memakan waktu yang lama untuk mengerjakannya. Ketiga adalah karena mengurusi jurnal ini adalah tugas tambahan maka kadang kami menyempatkan waktu dari sore sampai malam untuk memprosesnya. Sebelum mengajukan akreditasi salah satu redaktur jurnal pindah tugas ke satker lain di Semarang (keluarga beliau tinggal di Yogyakarta). Saat itu saya sedih dan kecewa dengan pimpinan di instansi ini karena melepas- kannya untuk pindah. Karena beliau adalah sosok editor yang handal di bidangnya. Seorang tutor yang selalu memberikan ilmu dan nasihat- nasihatnya. Ada salah satu nasihatnya yang selalu saya ingat sampai sekarang yaitu “meskipun diperlakukan semena-mena sekarang tetap berkarya dan ketika nanti kamu bertemu dengan orang itu, jangan dimusuhi melainkan dirangkul karena kebaikan pasti dibalas dengan kebaikan”. Orangnya humble dan yang paling penting adalah beliau sosok redaktur yang bisa diajak kerjasama dengan sangat baik tanpa memandang status di kantor ini. Di kantor kami karena pengaruh dari para seniornya masih ada pengkastaan di dalam status. Karena saya pegawai honorer, maka kasta saya paling bawah. Sehingga jika saya mempunyai ide apa pun selalu tidak didengar dan secara pendapatan pun tidak disejahterakan)
Pada pertengahan Maret 2017 kami mengajukan akreditasi dan alhamdulillah pada bulan Agustus kami mendapatkan akreditasi. Pada saat proses akreditasi tersebut kami berganti Redaktur. Saya tetap menjadi bagian dari redaktur jurnal tersebut. Untuk redaktur yang lainnya diganti dengan yang baru. Pada waktu yang sama proses penerbitan kami sudah menggunakan full OJS. Dimulailah tantangan baru untuk saya, karena redaktur yang baru tidak paham proses penerbitan jurnal menggunakan OJS. Saya mengadakan bimbingan teknis secara periodik. Tetapi respons redaktur yang baru untuk belajar kurang. Hanya beberapa redaktur saja yang mau belajar. Mungkin karena mengurus jurnal ini adalah tugas tambahan dan honornya kecil per sekali terbit hanya 150 ribu. Itu pun di bayar di akhir tahun, tetapi mengurusnya memakan waktu yang sangat lama, sehingga redaktur yang baru ini tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Akhirnya semua beban untuk menjalankan proses penerbitan di OJS dilimpahkan kepada saya.
Jurnal kami pada saat itu terbit di akhir bulan Maret, akhir bulan Oktober dan akhir bulan Desember. Di setiap penerbitan saya kerjakan sampai jam 1 malam tanpa dibayar lemburannya. Belum lagi ketika ada error system saya harus memperbaikinya sampai pagi. Saya sudah all out bekerja untuk jurnal ini, tetapi parahnya, tetap saja saya kena marah gara- gara tidak bisa dihubungi jam 9 malam oleh Editor in chief-nya. Padahal pada saat itu handphone saya sedang dimainkan oleh anak dan lowbate sehingga saya charge sampai pagi. Saya dikatakan kerjanya lambat, dan pekerjaan lainnya tidak dikerjakan, padahal sudah saya kerjakan. Editor in chief kami adalah seorang kepala kantor, sehingga agak kesulitan untuk berkomunikasi dengan beliau.
Pada bulan September 2017 saya mengikuti diklat di salah satu lembaga akreditasi jurnal. Saya banyak belajar tentang tata kelola jurnal. Para mentornya baik dan ahli di bidangnya. Alhamdulillah saya dinobatkan menjadi peserta terbaik. Saya diamanati untuk mengembangkan jurnal ini. Tetapi saat ini kondisi saya sudah tidak betah untuk berada di instansi ini. Karena dari kenyamanan (selalu ada klasifikasi status PNS dan Honorer), kesejahteraan sudah tentu. Namun saya selalu memikirkan kalau saya berhenti kerja dan tidak mengurusi jurnal ini siapa yang akan mengurusnya? Siapa yang peduli dengan jurnal ini? Karena bagi saya jurnal ini sudah seperti anak saya sendiri. Saya lahirkan dan saya urusi sampai sekarang.
Dari keikhlasan mengurusi jurnal inilah saya dipanggil untuk menjadi narasumber di berbagai instansi yang masih satu atribut dengan instansi saya. Sampai saya mempunyai pekerjaan sampingan. Alhamdulillah di masa kegalauan, saya serasa menemukan keluarga baru, saya banyak mendapatkan ilmu (walaupun acaranya belum mulai), dan saya mendapatkan energi baru yaitu RJI (Relawan Jurnal Indonesia). Semoga RJI semakin sukses dan bisa memberikan spirit kepada pengelola jurnal maupun jurnalnya di seluruh Indonesia.