Liku-liku Open Journal Systems

Hello, perkenalkan. Saya adalah pendatang baru dalam pengelolaan jurnal di universitas tempat saya bekerja. Sebagai anggota baru, banyak hal yang harus saya pelajari. Mulai dari pengelolaan sampai penerbitan. Saat ini, sudah hampir satu tahun saya terlibat dalam pengelolaan jurnal prodi. Namun pemahaman saya tentang proses penerbitan melalui OJS masih sangat minim. Inilah cerita saya mengenai OJS, indeksasi jurnal dan lainnya tentang jurnal.

Menjadi pengelola jurnal tidak pernah ada dalam bayangan saya sebelumnya. Ketika menerima surat tugas sebagai anggota pengelola jurnal, terbayang berbagai hal yang harus saya lakukan. Jujur, saya awam dalam hal perjurnalan. Saya pun mulai belajar dengan teman yang lebih dulu mengelola jurnal. Hal pertama yang saya lakukan adalah menjaring penulis, mengirim naskah untuk di-review kepada mitra bebestari melalui email sampai jurnal siap diterbitkan. Awalnya semua hal tersebut dilakukan secara manual melalui email. Hingga kami mengenal sistem yang bernama OJS. Dari sini saya paham bahwa sebagai pengelola jurnal harus melek teknologi. Saya dan beberapa anggota jurnal di fakultas sempat dilanda kegalauan karena keterbatasan dalam hal OJS. Kami pun mulai belajar bersama dan berinisiatif mengadakan workshop setup OJS. Workshop yang hanya dilakukan selama empat jam ini ternyata sangatlah kurang. Kami hanya belajar setup OJS dari tahap pertama sampai kelima. Workshop tersebut belum masuk ke tahap submission serta memilih dan memberikan artikel kepada reviewer.

Berawal dari hal tersebut, saya pun sedikit demi sedikit mulai belajar tentang sistem OJS. Di sela-sela waktu mengajar, saya mulai membuka OJS dan berdiskusi dengan sesama pengelola jurnal. Setelah workshop OJS, saya selalu bertanya kepada pengelola jurnal pusat yang bertugas mendampingi jurnal di seluruh prodi. Banyak hal yang saya tanyakan, mulai dari penempatan indeks, tema, pemasangan statcounter, dan lain sebagainya. Namun, hal tersebut belum sepenuhnya membuat saya menjadi sangat terampil dalam sistem OJS. Saya masih tetap belajar dan berusaha melakukan tugas sebagai pengajar dan pengelola jurnal dengan sebaik-baiknya.

Di sisi lain, mitra bebestari dan para penulis memiliki pengetahuan OJS yang sama dengan kami. Kami pun melakukan sosialisasi kepada penulis yang sudah mengirim naskahnya melalui email untuk mengirim kembali melalui OJS. Untuk membantu para penulis, submission guideline pun dibuat dan dipasang di laman OJS jurnal. Setelah perjalanan panjang itu, Oktober 2017, jurnal kami terbit dengan sistem OJS.

Selain OJS, hal yang paling menggelitik bagi saya adalah tentang indeksasi jurnal. Saya pun ditugasi untuk mengindeks jurnal ke pengindeks jurnal sebanyak-banyaknya. Lagi-lagi di sela-sela jam mengajar dan menyiapkan materi untuk perkuliahan, saya pun berselancar ke internet tentang indeksasi jurnal. Sampai saat ini, junal kami baru terindeks oleh 12 pengindeks jurnal. Hal terbesar yang harus saya lakukan selanjutnya adalah mengindeks jurnal ke DOAJ. Kesulitan yang saya hadapi saat melakukan indeksasi ini adalah mencari lembaga pengindeks jurnal dan melengkapi persyaratannya. Seperti DOAJ, sampai saat ini saya sedang melengkapi semua persyaratan yang diperlukan sebelum mendaftarkan ke laman DOAJ.

Akhir kata, banyak hal yang masih harus terus diperbaiki dalam pengelolaan jurnal di universitas tempat saya bekerja. Salah satunya adalah sistem pengelolaan dengan OJS. Semoga dengan mengikuti berbagai workshop mampu membuat pengelolaan jurnal menjadi lebih baik lagi.

 

Share:

On Key

Most Popular Posts