Bekerja karena Hobi itu Menyenangkan

ID. 005-22022018-004625-004-04


Saya diminta oleh salah satu senior untuk membantu mengelola jurnal dengan menggunakan OJS. Saya senang karena teknologi merupakan bagian dari hobi saya. Saya siap untuk membantu mengelola jurnal yang ada di program studi, mulai dari mengedit, melayout sampai mem-publish. Awalnya memang ribet mengelola jurnal melalui OJS yang semua harus daring (sesuai pedoman akreditasi). Lama- lama terbiasa. Lebih mudah dan gampang. Seperti kata pepatah “ala bisa karena biasa”. Bagi saya, tidak ada duka dalam mengelola jurnal. Malah senang karena bagian dari hobi. Senang dilibatkan dalam mengelola jurnal karena banyak ilmu yang dapat diperoleh dari mengelola Jurnal. Awal saya menggunakan OJS hanya bisa mensubmit dan mempublish artikel.

Kemudian saya berdiskusi dengan ketua pengelola agar jurnal bisa terakreditasi. Ketua pengelola jurnal sepakat untuk mengajukan akreditasi. Ini tantangan buat saya. Kemudian saya memperdalam ilmu jurnal dan ilmu OJS. Saya habiskan waktu untuk membaca dan mempraktikkan semua bahan-bahan tentang ilmu jurnal dan OJS. Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu, jurnal yang saya kelola bisa berubah. Pertama, tampilan OJS yang sesuai dengan akreditasi Dikti maupun DOAJ. Kedua, gaya layout dan substansi artikel yang akan dipublikasikan. Saat itu, ingin rasanya saya ikut pelatihan-pelatihan tata kelola jurnal. Akan tetapi, pelatihan mengelola jurnal di sekitar tempat tinggal saya sangat minim. Seandainya adapun hanya sebatas untuk internal kampus dan tidak melibatkan pihak luar. Walaupun begitu, tidak ada salahnya kita belajar sendiri memperdalam ilmu tentang mengelola jurnal.

Setiap hari, saya menyisihkan waktu untuk mengoprek OJS. Sampai tampilannya maksimal (sesuai kemampuan dan pemahaman saya). Saya hanya belajar otodidak dan bukan seorang programmer. Bagi saya, programmer atau tidak, tidak begitu penting. Intinya hanya belajar dan belajar. Semua pasti bisa, tidak ada yang tidak bisa kita lakukan. Kalau kita mau belajar, “pasti bisa”. Saya pelajari bahasa-bahasa HTML yang sederhana dan CSS dengan mencari yang sudah tersedia untuk sidebar. Akhirnya ketemu juga CSS untuk sidebar. Sayangnya akses server atau C- Panel tidak berada di tangan saya. Kalau saya pegang, pasti sudah saya oprek-oprek tuh OJS.

Tidak sulit untuk mempelajari OJS dan mengelola jurnal. Hanya butuh kesabaran, banyak membaca, dan berdiskusi karena ‘bermain’ teknologi tidak akan habis dan justru terus berkembang. Tata kelola jurnal sudah ada aturannya dari Dikti. Jadi, tidak bisa sesuka hati pengelola. Kalau jurnal yang dikelola ingin berkualitas dan terakreditasi, tinggal ikuti saja pedoman akreditasi Dikti. Terlebih lagi bagi seorang journal manager yang merangkap sebagai editor. Dibutuhkan keahlian dalam mengoperasikan OJS dan keahlian dalam me-review naskah sesuai standar akreditasi.

Saat diberi kepercayaan untuk membantu pengelola dalam me-review artikel yang masuk, saya melakukan hal itu dengan sebaik-baiknya. Berbekal pengalaman publish di jurnal terakreditasi, saya mulai melakukan dan mengikuti gaya reviewer. Saya mempelajari gaya selingkung jurnal-jurnal yang sudah terakreditasi dan terindeks Scopus. Gaya penulisannya hampir sama, maka saya pun mulai memodifikasi tampilan, gaya bahasa, dan lain sebagainya sesuai standar akreditasi. Saya juga mulai mencari editor dari perguruan tinggi lain. Saya juga mencari dan melobi mitra bebestari. Selangkah demi selangkah, jurnal yang saya kelola memiliki standar akreditasi Dikti.

Dalam mengelola jurnal dibutuhkan kesabaran. Berbagai pertanyaan dari penulis kerap muncul. Pertanyaan yang sering dilontarkan terkait diterima atau tidaknya artikel. Kita harus pintar-pintar menghadapinya. Menghadapi hal tersebut, pengelola tidak boleh kasar dan harus tetap santun. Kita harus memberi pengertian kepada penulis karena walau bagaimana pun jurnal butuh penulis. Artinya, baik jurnal maupun penulis sebenarnya saling membutuhkan. Saat ini, jurnal yang kami kelola tidak asal terbit, tetapi menggunakan proses review. Banyak artikel yang saya kembalikan kepada penulis untuk direvisi karena tidak sesuai dengan standar akreditasi. Penulis yang bermotivasi akan merevisi dan mengirim kembali tulisannya. Ada juga penulis yang menyerah ketika diminta untuk merevisi. Saya sempat berkata “mohon maaf bapak/ibu, bukan maksud kami mempersulit, tetapi kami menginginkan artikel yang berkualitas. Jurnal kami mau menuju akreditasi”. Mau tidak mau, sebagai editor harus melakukan itu karena kualitas artikel harus dijaga demi menuju terakreditasi.

Tekad saya pada saat itu, bergabung dan menjadi bagian Relawan Jurnal Indonesia untuk menggiatkan publikasi, khususnya di Sumatera Utara. Saya terus mengikuti perkembangan RJI melalui grup dan website. Saya sempat bertanya kepada salah satu pengurus RJI Pusat tentang waktu pendaftaran anggota baru RJI. Saya akan ikut pelatihan walaupun itu dengan biaya sendiri. Jurnal harus maju. Sebagai dosen, saya harus menggiatkan dan meningkatkan publikasi. Menurut saya, publikasi merupakan bagian terpenting dan bisa dikatakan nyawa kedua bagi dosen. Tanpa jurnal, dosen tidak bisa naik pangkat/golongan. Untuk itu juga dibutuhkan orang-orang yang berkomitmen tinggi dalam mengelola jurnal agar bisa meningkatkan kualitas artikel ilmiah. Kita semua berharap agar para pengelola jurnal selalu diberi kesehatan serta kemudahan dalam menjalankan tugas-tugasnya demi meningkatnya kualitas publikasi di Indonesia.

*Penulis adalah peserta TOT Relawan Jurnal Indonesia

Share:

On Key

Most Popular Posts