ID. 107-10032018-124725-080-04
Akademisi dituntut untuk memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang jurnal, namun pemahaman tersebut hanya sebatas bagaimana hasil pikiran dan penelitian dikonversi ke dalam tulisan ilmiah sehingga sesuai dengan gaya selingkung jurnal. Ekspektasi dari penulis kebanyakan adalah bagaimana tulisan tersebut bisa diterima, dipublikasikan dan tanpa harus melalui proses yang berbelit-belit. Sebelum menjadi pengelola jurnal, saya tidak pernah terpikirkan bagaimana proses artikel tersebut dari awal hingga akhirnya tulisan tersebut dipublikasikan dan muncul dalam jurnal versi cetak maupun online.
Keterlibatan pada jurnal kini saya kelola cukup unik. Jurnal ini telah berdiri sejak 1999 dan merupakan jurnal cetak. Berdasarkan dokumentasi pengelolaan, jurnal ini telah 3 (tiga) kali mengajukan proses akreditasi. Namun hingga saya bergabung jadi pengelola belum juga memperoleh status terakreditasi. Hal yang unik menurut saya adalah jurnal ini melibatkan para alumni dalam pengelolaannya, baik sebagai mitra bebestari maupun jajaran redaktur pelaksana dan juga tim redaksi.
Ditinjau dari sudut pendanaan jurnal ini tidak bermasalah sama sekali, setiap tahun institusi di mana jurnal ini bergabung selalu menyiapkan dana baik untuk mitra bebestari maupun untuk percetakan. Dengan oplah sebanyak 500 eksemplar setiap kali terbit, jurnal ini termasuk besar secara kuantitatif, namun beberapa kendala mengakibatkan jurnal belum terdistribusi ke seluruh wilayah Indonesia. Masalah utama adalah pada sumber daya manusia (SDM), bukan karena SDM tidak berkualitas tetapi kesibukan jajaran redaktur jurnal ini tidak memungkinkan untuk mengelola jurnal secara profesional.
Menyimak sejarah perjalanan jurnal yang cukup memprihatinkan, sebagai civitas akademika saya merasa terpanggil untuk ikut berkontribusi pada pengelolaan jurnal. Membantu dan siap menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk kemajuan jurnal agar bisa lebih dikenal oleh para akademisi dan penulis di seluruh wilayah Indonesia, bahkan mungkin juga penulis Internasional. Keunikan lainnya adalah status saya sebagai mahasiswa Pascasarjana, sehingga tidak bisa di-SK-kan sebagai pengelola Jurnal karena homebase penugasan sebagai PNS.
Selain terketuk untuk memberikan sumbangan tenaga dan pemikiran sebagai mahasiswa, motivasi lainnya adalah keinginan untuk terus belajar. Belajar tidak hanya pada pengetahuan, sikap dan keterampilan pada disiplin ilmu pada program pascasarjana yang sedang ditempuh, tetapi juga pada pengetahuan dan keterampilan yang bersifat praktis sebagai pengelola jurnal. Berharap bahwa pengetahuan dan keterampilan yang saya peroleh selama kuliah dapat saya terapkan di institusi saya pada saat saya menyelesaikan program doktor.
Berkat kesungguhan teman-teman tim redaksi yang sebagian besar adalah mahasiswa Pascasarjana, mitra bebestari yang direkrut dari alumni serta Ketua Dewan Penyunting, Wakil Ketua Dewan Penyunting, dan Penyunting Pelaksana (gabungan dosen dan alumni), pada tahun 2016 versi cetak telah terakreditasi Dikti. Status terakreditasi tidak menjadikan perjuangan selesai, bahkan semakin berat karena pengelola tetap harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas jurnal hingga bisa tetap mempertahankan status akreditasinya bahkan jika perlu meningkatkan kualitas akreditasi sebelumnya.
Tuntutan kepada pengelola jurnal untuk mengelola jurnal secara online adalah tantangan tersendiri. Hal ini berarti bahwa saya juga harus belajar lagi bagaimana prosedur pengelolaan jurnal secara online. Tugas baru, tanggungjawab baru, dan ilmu baru, begitulah saya memaknai perkembangan jurnal yang saya kelola. Tidak ada kata menyerah, tidak ada kata sulit, jika mau belajar, mau berguru semua jalan akan terbuka. Semangat pengabdian untuk berbuat sesuatu bagi institusi tempat saya belajar dan menambah pengetahuan serta pengalaman untuk institusi homebase menjadi motivasi yang tidak kunjung padam. Demi memenuhi hal tersebut saya harus mengabaikan beberapa hal penting lainnya, karena prinsip yang saya pegang adalah bahwa kesuksesan pasti membutuhkan pengorbanan. Jika mau sukses maka harus siap berkorban. Maju terus dan jayalah jurnal Indonesia.