Derita Jurnal sebagai Anak Tiri

Lembaga tempat saya mencari sesuap nasi dan menimba ilmu memiliki 3 jurnal yaitu, Jurnal Manajemen, Jurnal Akuntansi dan Jurnal Ekonomi. Saya dipercaya sebagai editor untuk Jurnal Ekonomi semenjak 3 tahun terakhir. Perkembangan Jurnal Ekonomi ini memang harus saya akui sangat lambat dan dapat dikatakan hanya sekedar pelengkap dan sebagai “keranjang sampah” dari artikel-artikel yang tidak dapat diterima di dua jurnal saudara kandung Jurnal Ekonomi (Jurnal Manajemen dan Jurnal Akuntansi).

Pengelolaan terhadap Jurnal Ekonomi ini terkesan seperti kasih sayang orang tua terhadap seorang anak tiri. Hal ini disebabkan karena di lembaga tempat lahirnya ketiga jurnal hanya memiliki dua jurusan yaitu, Manajemen dan Akuntansi, sehingga kasih sayang lembaga terhadap Jurnal Ekonomi seperti kasih sayang terhadap anak tiri. Sedangkan terhadap kedua saudara kandungnya diberikan perhatian yang sangat sungguh-sungguh sampai kedua saudara kandung dari Jurnal Ekonomi mendapatkan Akreditasi dari Ristekdikti dengan peringkat B. Tinggallah, Jurnal Ekonomi meratapi nasib, karena sampai saat ini belum tersentuh untuk persyaratan akreditasi.

Kehadiran saya saat ini sebagai editor juga belum dapat memberikan sumbangan yang berarti untuk kemajuan Jurnal Ekonomi, disebabkan oleh berbagai faktor, seperti keterbatasan naskah, keterbatasan sumber daya manusia, dan lain sebagainya. Keterbatasan naskah ini, sering membuat Jurnal Ekonomi tidak dapat terbit secara konsisten, sehingga pengelola jurnal terpaksa harus menerima naskah-naskah yang tidak sesuai dengan ruang lingkup dari jurnal ini. Ditambah lagi keterbatasan sumber daya manusia dalam pengelolaan ketiga jurnal di lembaga ini, dimana sumber daya manusia yang ada lebih memfokuskan diri terhadap pengelolaan kedua saudara kandung Jurnal Ekonomi yang telah terakreditasi.

Ada keinginan saya untuk mencoba lebih baik, dengan berusaha mengikuti peraturan untuk sebuah jurnal dapat diajukan Akreditasi, namun terkendala oleh keinginan dari berbagai pihak terutama penulis artikel dari dalam lembaga, agar artikelnya dapat diterbitkan meskipun secara ketentuan artikel tersebut belum layak untuk diterbitkan. Akibat dari semua ini, jadilah Jurnal Ekonomi sebagai jurnal tempat bernaungnya naskah-naskah yang memiliki cita rasa “Nano-Nano” dan tempat untuk para penulis yang sekedar untuk memenuhi kebutuhan bidang B dalam pelaporan Beban Kerja Dosen untuk setiap semesternya.

Memang saat ini, Jurnal Ekonomi telah OJS, namun secara kualitas jurnal ini dapat dikatakan baik sangatlah jauh panggang dari api, tetapi saya yakin suatu saat jurnal ini akan dapat menjadi besar, jika lembaga serta semua pemangku kepentingan dari jurnal ini dapat bersinergi dan memahami makna dari sebuah jurnal yang berkualitas bukan hanya sekedar jurnal-jurnal.

Hambatan yang lain selama ini, masih kurangnya pengetahuan dari pengelola jurnal baik secara teknis maupun konsep untuk pengembangan jurnal. Sehingga saya sangat menyambut baik adanya berbagai pelatihan dan bimbingan serta pendampingan bagi sebuah jurnal yang saat ini diadakan oleh RJI, terutama bagi kami jurnal-jurnal yang saat ini “Hidup Segan Mati Tak Mau”. Dan saya punya keyakinan dengan keberadaan RJI akan sangat membantu pengembangan jurnal-jurnal yang ada di Indonesia.

Apalagi dengan adanya training ini, saya secara pribadi sangat berharap mendapat pengetahuan serta pemahaman tentang proses dan pengelolaan jurnal yang baik dan benar. Setelah mengikuti Training yang diadakan RJI ini, serta saran dan masukan dari teman-teman yang tergabung dalam RJI, secara perlahan tetapi pasti saya akan mencoba untuk membalikkan kondisi yang dialami oleh Jurnal Ekonomi yang ada saat ini menjadi lebih baik. Itulah keluh kesah saya, yang masih sangat muda dalam mengelola sebuah jurnal.

 

Share:

On Key

Most Popular Posts