Proses penerbitan satu jurnal ilmiah membutuhkan waktu yang cukup panjang. Proses ini dimulai dari penyerahan artikel ilmiah oleh dosen atau penulis, dilanjutkan dengan proses peninjauan ulang oleh reviewer hingga akhirnya diputuskan layak publish oleh editor.
Sayangnya, beberapa penulis seringkali tidak sabar dalam menunggu proses tersebut. Keadaan ini menjadi salah satu penyebab terjadinya satu judul artikel ilmiah yang ditulis oleh satu orang yang sama terbit dalam dua jurnal yang berbeda. Double publish seperti ini tentu saja merugikan baik bagi pihak penulis maupun pihak penerbit jurnal dengan adanya pengurangan point akreditasi jurnal.
Heri Nurdianto dari RJI menegaskan perlunya edukasi kepada dosen dan para penulis artikel ilmiah bahwa penerbitan artikel dan jurnal ilmiah memerlukan waktu, oleh karena itu bersabarlah.
Ada beberapa tindakan preventif yang dapat dilakukan oleh para pengelola jurnal guna mencegah terjadinya double publish. Pertama, perlunya pengelola jurnal untuk meminta surat pernyataan kepada penulis terkait keaslian tulisannya dan riwayat pengiriman artikel ke jurnal lain. Dengan demikian, pengelola jurnal dapat mengambil sikap tegas kepada penulis jika pengelola jurnal menemukan artikel yang sama di jurnal lain. Kedua, pengelola jurnal dapat membuat aturan main pada jurnalnya dalam waktu yang diperlukan dalam proses penerbitan sebuah jurnal. Hal ini akan membantu penulis untuk tidak merasa digantung kepastian penerbitan artikel ilmiahnya.