Menulis sebuah makalah tujuannya untuk apa? Pertanyaan ini penting bagi para penulis. Karena, ini akan mendorong penulis untuk mewujudkan apa yang menjadi tujuannya. Misalnya, menulis tujuannya untuk sebaran ilmu pengetahuan, maka penulis akan berupaya sebaik mungkin untuk menyajikan tulisannya agar menjadi salah satu rujukan bagi penulis lain yang satu bidang dengannya. Harapannya jelas semakin banyak orang lain membaca tulisannya, diseminasi ilmu pengetahuan semakin meluas. Penulis yang seperti ini ada banyak namun kini sudah mulai jarang ditemukan. Ada penulis dengan motivasi untuk mendapatkan “Kum Faya Kum”. Ini banyak. Menulis dengan tujuan mencari jurnal dengan impact Factor, perangkingan Q1,2,3,4, atau perangkingan CiteScore Scopus, WoS yang demikian juga banyak.
Hal-hal semacam ini menurut saya terbentuk karena iklim dan pola-pola akademik yang kerap dilakukan di negeri ini. Misalnya, pasti ada di salah satu perguruan tinggi yang jika makalahnya ditulis dan diterbitkan di jurnal x yang terindeks di pengindeks bereputasi internasional diberi hadiah sekian puluh juta. Betapa tidak, sudah barang tentu ini akan membetuk pikiran para penulis untuk berlomba-lomba menerbitkan makalahnya di jurnal tersebut. Ini salah satu contoh, masih banyak contoh lainnya yang saya kira kita semuanya tahu.
Nah, pola-pola akademik yang seperti ini, menurut saya juga ada sebabnya yakni dibentuk oleh pola-pola perangkingan skala internasional. Contoh, ada salah satu kriteria perangkingan internasional mengambil data dari salah satu database internasional. Jika, tenaga pengajar mempublikasikan makalahnya yang terindeks di pengindeks bereputasi internasional maka, rangking perguruan tinggi tersebut naik. Contoh lainnya (ini bagi jurnal). Agar jurnal dianggap sebagai jurnal dengan rangking terbaik, cara-cara yang kurang etis dilakukan misalnya melalui Coercive Citation (https://en.wikipedia.org/wiki/Coercive_citation) atau istilah dari TR Cartel Citation (http://wokinfo.com/essays/journal-self-citation-jcr/ )
Beberapa contoh di atas, saya hanya ingin mengaskan bahwa motivasi menulis yang berorientasi pada Kum, indeks jurnal bereputasi internasional, jurnal ber-impact factor tinggi dan atau CiteScore jurnal tinggi, bukan semata-mata dilihat sebagai persoalan. Ada banyak faktor di hulunya yang membentuk mengapa semua itu terjadi. Saya sampaikan dalam bantuk gambar 1.
Gambar 1: Faktor pembentuk persoalan orientasi publikasi makalah
Sumber: Diolah oleh penulis
Masih dalam konteks motivasi menulis makalah. Beberapa hari ini saya menemukan informasi di timeline facebook terkait dengan ajakan menulis makalah dengan 1000 penulis dari berbagai disiplin ilmu. Saya berujar, good idea. Walau saya belum mendengar secara langsung apa motivasinya, setidaknya ide ini belum pernah tercetus di Indonesia. Kalau di luar Indonesia sudah ada satu artikel yang ditulis oleh 5.154 orang. Jumlah halaman artikel 33 halaman, 9 halaman isi artikel sisanya 24 halaman berisi tentang nama penulis, afiliasi dan referensi (lihat http://www.nature.com/news/physics-paper-sets-record-with-more-than-5-000-authors-1.17567).
Apakah ini mungkin dapat dilaksanakan menulis satu makalah dengan begitu banyak penulis? Jawabannya mungkin saja itu terlaksana jika dikelola dengan baik dan masing-masing orang jelas kontribusi ilmiahnya apa. Jika tidak, maka akan ada misalnya “penumpang gelap” di artikel tersebut. Jangankan 1000 penulis, yang 5-6 penulis saja ada salahsatu yang hanya mencantumkan nama, tanpa ada kontribusi ilmiah apapun. Saya tidak perlu membuktikan ini, namun beberapa penulis tidak menampik fenomena ini.
Bagaimana memastikan seluruh penulis tersebut berkontribusi ilmiah dalam sebuah artikel? Mudah saja, saat ini teknologi cukup membantu mewujudkan itu, misalnya gunakan saja aplikasi Google Doc atau yang lebih spesifik gunakan saja aplikasi Authorea. Nah yang menjadi persolan adalah midset tentang kontribusi ilmiah batasannya seperti apa? Ada yang menjelaskan bahwa ada penulis yang berkontribusi memperbaiki tata bahasa ini merupakan bagian dari konstribusi ilmiah. Ada juga yang menjelaskan bahwa kontribusi ilmiah itu ditandai dengan memberikan sumbangan teori, kajian-kajian ilmiah terhadap artikel tersebut. Terkait kontribusi ilmiah, saya tidak akan berkomentar panjang.
Kembali ke pertanyaan pertama di atas. Apa motivasi menulis makalah dengan banyak penulis? Saya sempatkan bertanya ke salah satu orang yang mengajak gerakan ini. Darinya muncul setidaknya ada tiga motivasi. Pertama, untuk menampik anggapan bahwa menulis artikel dalam satu bidang author-nya tidak lebih dari lima penulis. Gerakan ini paling tidak akan menyangkal anggapan tersebut, tentunya jika artikel ini kelak terbit di jurnal dan atau di prosiding atau lainnya. Motifasi kedua, untuk membuktikan bahwa IOP Publisher Scopus menerima jumlah author (dalam satu artikel:red) tanpa batasan. Terakhir, motivasi agar seluruh penulis yang belum punya ID Scopus dapat segera punya.
Dari ketiga motivasi tersebut, saya tidak punya kapasitas untuk berkomentar terlalu jauh terkait hal tersebut. Terpenting bagi saya semangat untuk menulis makalah itu terus dijaga. Menulis tidak hanya untuk tujuan tertentu yang bersifat sementara. Namun, menulis untuk tujuan yang lebih besar manfaatnya untuk kemaslahatan orang banyak.
Dua kalimat terakhir. Tulis menulislah dengan motivasi untuk menyebarkan ilmu pengetahuan agar berdampak pada orang yang membaca tulisan kita. Kelola mengelola-lah jurnal dengan baik dengan tujuan untuk mewadahi dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang terbuskus dalam makalah-makalah terbaik.
Wallauhu alam. (CC-BY)
Penulis:
Andri
- Pengabdi pada Relawan Jurnal Indonesia
- Orang yang belum pernah menulis makalah
- Orang yang belum punya mimpi untuk dapat Author ID Scopus
Bahan Bacaan :
https://journals.aps.org/prl/issues/114/19
http://www.nature.com/news/physics-paper-sets-record-with-more-than-5-000-authors-1.17567
https://publicationethics.org/files/u7141/Forum%20discussion%20topic_final.pdf