![](https://relawanjurnal.id/wp-content/uploads/2025/02/PSPI-color-transparan-1-1024x246-1.png)
Pusat Studi Publikasi Ilmiah (PSPI) merupakan salah satu divisi strategis di Relawan Jurnal Indonesia (RJI) yang berperan sebagai ujung tombak dalam menghadapi tantangan publikasi ilmiah yang semakin kompleks.
“Publikasi ilmiah tidak hanya sekadar menulis, tetapi ada banyak aspek di belakangnya yang perlu diperbarui seiring dengan perkembangan zaman. Oleh sebab itu, PSPI menjadi divisi yang sangat penting di RJI.” Jelas Cahyo Seftyono, koordinator divisi PSPI, saat wawancara via Zoom Meeting.
PSPI memiliki visi utama yaitu updating research dan publikasi. Untuk mencapai cita-cita tersebut setidaknya PSPI memiliki tiga kerangka kerja besar yang berfokus pada peningkatan kualitas riset dan publikasi. Kerangka kerja pertama adalah pencarian kendala di lapangan, yang dilakukan setiap tiga hingga empat bulan sekali dengan tujuan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh anggota RJI. Sasaran utama dari kegiatan ini adalah anggota RJI di seluruh Indonesia, sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih luas mengenai tantangan yang dihadapi dalam publikasi ilmiah. Sistem kerja program ini dilakukan dengan mengirimkan survei berisi pertanyaan-pertanyaan ke grup anggota RJI untuk mengumpulkan data secara lebih efektif sehingga PSPI dapat memberikan solusi yang tepat untuk setiap permasalahan yang dihadapi para pengelola jurnal.
“Persoalan yang dihadapi teman-teman RJI kemungkinan besar juga dihadapi oleh pengelola jurnal di seluruh Indonesia, sehingga penting bagi kami untuk terus mengumpulkan informasi secara rutin,” tambah Cahyo.
Program kedua adalah Bincang Pakar, sebuah diskusi yang menanggapi isu-isu terkini dalam dunia publikasi ilmiah. Salah satu contoh isu yang akan dibahas adalah urgensi indeksasi Scopus, yang selama ini dianggap sebagai standar kualitas jurnal. PSPI akan mengadakan even dengan pakar di bidang indeksasi Scopus untuk mengupas tuntas urgensi indeksasi Scopus tersebut. Program ini terbuka untuk umum, termasuk mahasiswa dan akademisi internasional.
Program ketiga yang sedang dikembangkan PSPI adalah pembuatan Publetter, namun penerapannya di Indonesia masih menghadapi tantangan karena dianggap terlalu maju sehingga tingkat keberterimaannya masih rendah, sebuah konsep yang belum menjadi tren di Indonesia tetapi telah berkembang pesat di negara-negara maju.
“Publetter adalah sumber informasi akademik yang penting dan dapat menjadi pelengkap jurnal ilmiah. Jika kita bisa menjadi perintisnya, maka dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia dapat sejajar dengan negara-negara maju dalam inovasi publikasi ilmiah,” terang Cahyo.
Ia juga menyoroti bahwa di luar negeri, jurnal telah berkembang layaknya majalah dengan berbagai format seperti book review, meeting report, dan interview, sesuatu yang masih jarang ditemukan di Indonesia. Untuk menghadapi tantangan keberterimaan yang rendah tersebut, tentunya PSPI memiliki ide-ide cemerlang agar publetter tetap terpublikasi dan Indonesia bisa menyusul negara-negara maju dalam perkembangan publikasi ilmiah.
Dengan berbagai inisiatif ini, PSPI berharap dapat membawa perubahan signifikan dalam dunia publikasi ilmiah di Indonesia dan membantu para akademisi menghadapi tantangan di era globalisasi.