Ristek Dikti: Kontribusi Ilmuwan Indonesia terus Meningkat

Posisi Indonesia sangat strategis ditinjau dari SDM, potensi Sumber Daya Alam, sosial hingga budaya. Hal ini yang seharusnya bisa memberi ruang kreatif bagi para akademisi. Hal ini yang disampaikan oleh Sadjuga Direktur Pengelolaan Kekayaan Intelektual Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
“Saat ini kita berada dalam perkembangan industri 4.0,” tegasnya. Era 4.0 semua serba digital, dimana teknologi dan manusia harus bisa bekerja sama untuk bisa tetap bertahan dengan zaman yang terus berkembang. Hal ini disampaikan dalam forum Training of Trainers (TOT) yang digelar oleh Relawan Jurnal Indonesia (RJI), Jumat (16/3).
Sejak tahun 2015, untuk terakreditasi oleh RISTEK DIKTI maka jurnal harus sudah memanfaatkan laman online. Namun diakuinya, hal ini menjadi tantangan yang besar karena ada potensi untuk maju, namun resiko untuk tergelincir juga ada. Hal ini juga yang menjadi implikasi dari era 4.0.
Di Indonesia sendiri, kuantitas penelitian cenderung meningkat. Namun, tantangan berikutnya adalah upaya dalam hal peningkatan kualitas. “Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan sitasi dan Indonesia masih cukup rendah dalam hal ini,” tegas Sadjuga.
Saat ini, publikasi yang berISSN di Indonesia terus mengalami peningkatan, juga diikuti oleh e-ISSN. Trend kontribusi Ilmuwan Indonesia juga meningkat secara regional maupun global. Namun, jumlah jurnal yang terindex scopus di Indonesia di tahun 2017 masih berada di urutan ke-4 se-ASEAN. Dalam hal ini, Indonesia masih jauh tertinggal di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand.
“Kami sadari, bahwa membuat Sistem itu sangat sulit. Sehingga upaya yang bisa kami lakukan dalam hal perakreditasian oleh Sinta,” ungkapnya. Fungsi Dasar Sinta ini Mendata publikasi dan sitasi akademik, menilai kinerja jurnal, dll. Ristek Dikti menargetkan publikasi Indonesia di tahun 2018 ini bisa mencapai 19.000 dan di tahun 2019 adalah 25.000 publikasi.
TOT ini menjadi ruang berbagi informasi yang seluas-luasnya terkait pengelolaan jurnal. TOT oleh RJI ini telah digelar dua kali. Para peserta TOT inilah yang akan menjadi Tutor dalam berbagai pendampingan jurnal di seluruh Indonesia.
RJI sendiri pertama kali dibentuk pada 1 Juni 2016 oleh beberapa orang yang berasal dari berbagai perguruan tinggi. Harapan dasarnya, RJI mejadi ruang untuk bertanya oleh banyak orang terutama pengelola Jurnal terkait tata kelola jurnal. Secara lebih jelas, Visi RJI adalah membantu pengelola jurnal mewujudkan pengelolaan jurnal secara elektronik yang berkualitas dan bereputasi di kancah nasional
“Target kedepannya, kami memiliki cita-cita untuk membuat Sekolah Jurnal RJI dan Sertifikasi Tutor RJI,” Tutup Andri Putra Kesmawan selaku Koordinator RJI Pusat.

Share:

On Key

Most Popular Posts